Senin, 25 Januari 2010

MASIH SAJA SUNYI

Masih sunyi saja ruangan ini
Orang-orang terlalu sibuk dengan urusannya sendiri
Padahal yang mereka lakukan hanyalah membolak-balik kertas
Kesana-kemari meminta coretan tangan dari atasannya
Melototi layar komputer sampai mata mereka hampir keluar

Dengan busana resmi berlencana negeri
Mereka menghambur masuk ke gadung-gedung bergengsi
Turun dari atas roda-roda berkelas
Bersiap menantang rakyat untuk menjalin relasi

Masih sunyi saja ruangan ini
Di luar sana terlalu sibuk rupanya
Bersahabat dengan semua fasilitas berada
Wah!
Lengkaplah penderitaan sebagai ruang kecil terlupakan


Dengan dinding yang catnya kian pasi
Karpet kusut dengan debu setebal dompet
Juga seonggok doa-doa tua dalan kertas yang kian menguning


Masih sunyi saja ruangan ini
Akhir-akhir ini mereka terlampau sibuk rupanya

Semoga saja
Mereka hanya melupakan ruangan ini
Bukan luoa pada fungsinya

Semoga mereka masih ingat arti ruangan ini
Ruang yang mereka bangun dengan menyisihkan sedikit uang rakyat
Ruang tempat menyisihkan waktu dari segala urusan dunia
Ruangan yang masih saja sunyi

Hujan

Hujan belumberhenti
Hanya saja rinainya tak semenggebu dulu
Reda sudah derasnya
Tinggal gerimis kecil yang masih saja beriak

Ku harap hujan tak lagi menjadi kerinduan
Karena kurasa sudah cukuplah cerita tentang hujan
Biarlah semua itu berlalu jadi kenangan

Bagiku selamanya tak ada yang bisa mengggantikan hujan
Apalagi ingin jadi hujan
Sudah cukuplah ada satu hujan
Pengisi kesunyian yang melahirkan kesunyian baru
Di laut abadi

Biar kugantikan nama hujan dengan yang lain
Untuk sekedar membuka hati

Pulang ke Rumah

Dalam gerimis sebelum matahari menyeret bayangan panjang
Pada laut sebelum debur ombak semakin menggulung ke darat
Kulambaikan kedua tanganku pada setiap layar kapal yang terkembang
Berharap kau datang membawa banyak tengiri seperti dulu
Dan aku membantumu membawanya ke rumah kita

###

Pagi masih bernada pucat
musim yang membeku tak jua menggugurkan semangat orang-orang jingga
bergegas mereka menerjang jalanan
menghambur meniti setiap sudut kota
menyapu semua debu sampai dingin mereyap menyingkirkan dingin
di sini
di Banjarbaru

Palsu

dengan ini kubumikan serta denyut-denyut cintaku
bersama seribu kali lengkungan di bibirmu
seperti pesanmu waktu itu
aku pun menunggu waktu yang kau janjikan
hingga lengkaplah sebuah skenario
tentang sandiwara dengan lelakon tunggal
dan kita telah bersama-sama bercerita
tentang indahnya kepalsuan