Mentari
ku tulis sajak ini sebelum engkau terjaga
kalu itu bumi masih kuyub diguyur embun
yang sejuknya tempias sampai ke tulang
pelan-pelan kuraih pena dari atas meja kayu
kemudian kugoreskan sedikit pada kertas biru
warna kesukaanmu
warna yang selalu kau pamerkan
saat jarum jam bergeser beberapa derajat dari angka enam
hingga akhirnya berjumpa lagi di angka yang sama
ku tulis sajak ini meski masih ada ragu yang menyelinap dalam hati
entah berapa kali aku harus mengulang untuk berkata mengenai perasaanku
hingga kulihat beberapa diantara kabut saat itu mentertawaiku
sebagai manusia pengecut yang coba mengocok kata-kata
hanya untuk mengutarakan gejolak diri
padahal waktu itu aku hanya berusaha menjaga tidurmu
setidaknya sampai semua pr-pr ku lunas kubayar
Jumat, 26 Februari 2010
AKU ADALAH
Aku adalah muara tempatmu menemukan kiasan-kiasan benda langit dalam pelayaranmu
Aku adalah arus yang akan kau arungi bersama getirnya perasaan
Aku adalah samudera yang coba meraba kesunyianmu lewar petikan syair bernada pilu
Aku adalah hujan yang merangkul setiap asamu menuju lembah-lembah tropis dalam hatimu
Aku adalah kupu-kupu yang rekahkan senyummu sebelum gemuruh riuh direntangi angin merebahkan citamu
Aku adalah jejak yang kau tinggalkan dalam bait-bait langkah kecilmu
Aku adalah bayang-bayang yang menyusuri patahan dialog kala senja memaksaku menelan jarak
Aku adalah caramu belajar sebagai seorang manusia yang berjalan di atas etihnya sendiri tanpa sekali pun kau menoleh ke arahku
Aku adalah arus yang akan kau arungi bersama getirnya perasaan
Aku adalah samudera yang coba meraba kesunyianmu lewar petikan syair bernada pilu
Aku adalah hujan yang merangkul setiap asamu menuju lembah-lembah tropis dalam hatimu
Aku adalah kupu-kupu yang rekahkan senyummu sebelum gemuruh riuh direntangi angin merebahkan citamu
Aku adalah jejak yang kau tinggalkan dalam bait-bait langkah kecilmu
Aku adalah bayang-bayang yang menyusuri patahan dialog kala senja memaksaku menelan jarak
Aku adalah caramu belajar sebagai seorang manusia yang berjalan di atas etihnya sendiri tanpa sekali pun kau menoleh ke arahku
Kamis, 25 Februari 2010
Sendiri
Aku adalah sungai-sungai yang ingin selalu mengarungi arus sampai pada muara
biarpun mendung tak sanggup lagi merangkul perasaanku
dengan sisa napas ini aku ingin terus berlayar dan bertaut sampai mataku tak jumpa lagi adanya tepi
hingga aku benar-benar merasa sendiri
berdialog dengan bayanganku sendiri
meluapkan sobekan-sobekan kekecewaan yang belum sempat tersampaikan
meski terkadang guratan-guratan sunyi begitu ramai menjamahi desir rasa dalam dadaku
dan semakin jauh aku melangkah
maka semakin deras deru dera kehidupan menerpa
menerjang jiwaku
aku pun mulai belajar mensyukuri
bahwa aku adalah manusia yang berjalan di atas telapak kakinya sendiri
biarpun mendung tak sanggup lagi merangkul perasaanku
dengan sisa napas ini aku ingin terus berlayar dan bertaut sampai mataku tak jumpa lagi adanya tepi
hingga aku benar-benar merasa sendiri
berdialog dengan bayanganku sendiri
meluapkan sobekan-sobekan kekecewaan yang belum sempat tersampaikan
meski terkadang guratan-guratan sunyi begitu ramai menjamahi desir rasa dalam dadaku
dan semakin jauh aku melangkah
maka semakin deras deru dera kehidupan menerpa
menerjang jiwaku
aku pun mulai belajar mensyukuri
bahwa aku adalah manusia yang berjalan di atas telapak kakinya sendiri
Selasa, 09 Februari 2010
Sungai-sungai Negeriku
Argh
ngilu negeriku ini
sampah-sampah terlalu mudah mengaliri sungai-sungainya
nyeri rakyatmu ini
menyaksikan sungai-sungainya meluap
memuntahkan bau keserakahan
keangkuhan
dan keegoissan
menyaksikan sungai-sungainya dilepuhi asap keberingasan
sungai-sungan negeriku disayang
ditimang
lalu dibuang
sungai-sungai negeriku dibelai
dimanja
lalu dirampas ranumnya
sungai-sungai negeriku dilacuri
dijajah imannya
harapan timbul tenggelam
timbul lalu tenggelam lagi
seakan dosa sudah lelehi wajah sungai-sungai negeriku
lengking rintihnya tidak lagi didengar sebagai sebuah derita
duhai inikah sungai-sungai yang hidup pda peradaban negeriku
inikah?
ngilu negeriku ini
sampah-sampah terlalu mudah mengaliri sungai-sungainya
nyeri rakyatmu ini
menyaksikan sungai-sungainya meluap
memuntahkan bau keserakahan
keangkuhan
dan keegoissan
menyaksikan sungai-sungainya dilepuhi asap keberingasan
sungai-sungan negeriku disayang
ditimang
lalu dibuang
sungai-sungai negeriku dibelai
dimanja
lalu dirampas ranumnya
sungai-sungai negeriku dilacuri
dijajah imannya
harapan timbul tenggelam
timbul lalu tenggelam lagi
seakan dosa sudah lelehi wajah sungai-sungai negeriku
lengking rintihnya tidak lagi didengar sebagai sebuah derita
duhai inikah sungai-sungai yang hidup pda peradaban negeriku
inikah?
Pulang
ku kirim padamu sepotong bulan
setidaknya untk menemanimu mengayuh angin malam ini
petiklah sendiri di langitmu
genggamlah erat-erat
lalu pejamkan mata
maka kau akan membaca
dari alif hingga hamzah
pesan yangterangkai dari kerlip bintang di utara
terjelma jadi kiasan
dalam perjalanan menuju pulang
setidaknya untk menemanimu mengayuh angin malam ini
petiklah sendiri di langitmu
genggamlah erat-erat
lalu pejamkan mata
maka kau akan membaca
dari alif hingga hamzah
pesan yangterangkai dari kerlip bintang di utara
terjelma jadi kiasan
dalam perjalanan menuju pulang
Senin, 08 Februari 2010
Seusai Bencana
seorang lelaki kecil
berjalan gontai tanpa alas kaki
terbayang hamparan nyawa kehilangan harga
kehilangan segalanya
di tanah lapang itu
lelaki kecil tadi
berteriak memanggil-manggil dalam isaknya
wajahnya becek penuh linangan air mata
tak puas berjalan ia pun berlari
sampai satu wajah memaksanya tuk berhenti
lelaki kecil itu tertunduk kaku
ia menemukan apa yang dicarinya
ya
perempuannya sudah terbaring dalam kenangan
berjalan gontai tanpa alas kaki
terbayang hamparan nyawa kehilangan harga
kehilangan segalanya
di tanah lapang itu
lelaki kecil tadi
berteriak memanggil-manggil dalam isaknya
wajahnya becek penuh linangan air mata
tak puas berjalan ia pun berlari
sampai satu wajah memaksanya tuk berhenti
lelaki kecil itu tertunduk kaku
ia menemukan apa yang dicarinya
ya
perempuannya sudah terbaring dalam kenangan
Pelayaran
musim ini beringsut-ingsut meninggalkan pelabuhan
menoreh luka dan kalut
di sepanjang perjalanan menuju persimpangan
sesampainya di sana
ada seiris kepiluan untuk dikemas
kemudian diusung beramai-ramai
seperti yang terjadi hari ini
ribuan mayat dikuburkan di tanah yang sama
liang yang sama
di dingin yang sama pula
tanpa doa
tanpa taburan bunga
anak-anak bagai di pengasingan
berlarian mencari ayah bundanya
yang semula datang dengan cengkrama
dan pulang sebatang kara
sedang yang lain tergesa-gesa
mengabarkan berita entah apa
tapi pelayaran tak pernah berhenti
untuk menghitung jarak dengan Tuhannya
menoreh luka dan kalut
di sepanjang perjalanan menuju persimpangan
sesampainya di sana
ada seiris kepiluan untuk dikemas
kemudian diusung beramai-ramai
seperti yang terjadi hari ini
ribuan mayat dikuburkan di tanah yang sama
liang yang sama
di dingin yang sama pula
tanpa doa
tanpa taburan bunga
anak-anak bagai di pengasingan
berlarian mencari ayah bundanya
yang semula datang dengan cengkrama
dan pulang sebatang kara
sedang yang lain tergesa-gesa
mengabarkan berita entah apa
tapi pelayaran tak pernah berhenti
untuk menghitung jarak dengan Tuhannya
Senin, 25 Januari 2010
MASIH SAJA SUNYI
Masih sunyi saja ruangan ini
Orang-orang terlalu sibuk dengan urusannya sendiri
Padahal yang mereka lakukan hanyalah membolak-balik kertas
Kesana-kemari meminta coretan tangan dari atasannya
Melototi layar komputer sampai mata mereka hampir keluar
Dengan busana resmi berlencana negeri
Mereka menghambur masuk ke gadung-gedung bergengsi
Turun dari atas roda-roda berkelas
Bersiap menantang rakyat untuk menjalin relasi
Masih sunyi saja ruangan ini
Di luar sana terlalu sibuk rupanya
Bersahabat dengan semua fasilitas berada
Wah!
Lengkaplah penderitaan sebagai ruang kecil terlupakan
Dengan dinding yang catnya kian pasi
Karpet kusut dengan debu setebal dompet
Juga seonggok doa-doa tua dalan kertas yang kian menguning
Masih sunyi saja ruangan ini
Akhir-akhir ini mereka terlampau sibuk rupanya
Semoga saja
Mereka hanya melupakan ruangan ini
Bukan luoa pada fungsinya
Semoga mereka masih ingat arti ruangan ini
Ruang yang mereka bangun dengan menyisihkan sedikit uang rakyat
Ruang tempat menyisihkan waktu dari segala urusan dunia
Ruangan yang masih saja sunyi
Orang-orang terlalu sibuk dengan urusannya sendiri
Padahal yang mereka lakukan hanyalah membolak-balik kertas
Kesana-kemari meminta coretan tangan dari atasannya
Melototi layar komputer sampai mata mereka hampir keluar
Dengan busana resmi berlencana negeri
Mereka menghambur masuk ke gadung-gedung bergengsi
Turun dari atas roda-roda berkelas
Bersiap menantang rakyat untuk menjalin relasi
Masih sunyi saja ruangan ini
Di luar sana terlalu sibuk rupanya
Bersahabat dengan semua fasilitas berada
Wah!
Lengkaplah penderitaan sebagai ruang kecil terlupakan
Dengan dinding yang catnya kian pasi
Karpet kusut dengan debu setebal dompet
Juga seonggok doa-doa tua dalan kertas yang kian menguning
Masih sunyi saja ruangan ini
Akhir-akhir ini mereka terlampau sibuk rupanya
Semoga saja
Mereka hanya melupakan ruangan ini
Bukan luoa pada fungsinya
Semoga mereka masih ingat arti ruangan ini
Ruang yang mereka bangun dengan menyisihkan sedikit uang rakyat
Ruang tempat menyisihkan waktu dari segala urusan dunia
Ruangan yang masih saja sunyi
Hujan
Hujan belumberhenti
Hanya saja rinainya tak semenggebu dulu
Reda sudah derasnya
Tinggal gerimis kecil yang masih saja beriak
Ku harap hujan tak lagi menjadi kerinduan
Karena kurasa sudah cukuplah cerita tentang hujan
Biarlah semua itu berlalu jadi kenangan
Bagiku selamanya tak ada yang bisa mengggantikan hujan
Apalagi ingin jadi hujan
Sudah cukuplah ada satu hujan
Pengisi kesunyian yang melahirkan kesunyian baru
Di laut abadi
Biar kugantikan nama hujan dengan yang lain
Untuk sekedar membuka hati
Hanya saja rinainya tak semenggebu dulu
Reda sudah derasnya
Tinggal gerimis kecil yang masih saja beriak
Ku harap hujan tak lagi menjadi kerinduan
Karena kurasa sudah cukuplah cerita tentang hujan
Biarlah semua itu berlalu jadi kenangan
Bagiku selamanya tak ada yang bisa mengggantikan hujan
Apalagi ingin jadi hujan
Sudah cukuplah ada satu hujan
Pengisi kesunyian yang melahirkan kesunyian baru
Di laut abadi
Biar kugantikan nama hujan dengan yang lain
Untuk sekedar membuka hati
Pulang ke Rumah
Dalam gerimis sebelum matahari menyeret bayangan panjang
Pada laut sebelum debur ombak semakin menggulung ke darat
Kulambaikan kedua tanganku pada setiap layar kapal yang terkembang
Berharap kau datang membawa banyak tengiri seperti dulu
Dan aku membantumu membawanya ke rumah kita
Pada laut sebelum debur ombak semakin menggulung ke darat
Kulambaikan kedua tanganku pada setiap layar kapal yang terkembang
Berharap kau datang membawa banyak tengiri seperti dulu
Dan aku membantumu membawanya ke rumah kita
###
Pagi masih bernada pucat
musim yang membeku tak jua menggugurkan semangat orang-orang jingga
bergegas mereka menerjang jalanan
menghambur meniti setiap sudut kota
menyapu semua debu sampai dingin mereyap menyingkirkan dingin
di sini
di Banjarbaru
musim yang membeku tak jua menggugurkan semangat orang-orang jingga
bergegas mereka menerjang jalanan
menghambur meniti setiap sudut kota
menyapu semua debu sampai dingin mereyap menyingkirkan dingin
di sini
di Banjarbaru
Palsu
dengan ini kubumikan serta denyut-denyut cintaku
bersama seribu kali lengkungan di bibirmu
seperti pesanmu waktu itu
aku pun menunggu waktu yang kau janjikan
hingga lengkaplah sebuah skenario
tentang sandiwara dengan lelakon tunggal
dan kita telah bersama-sama bercerita
tentang indahnya kepalsuan
bersama seribu kali lengkungan di bibirmu
seperti pesanmu waktu itu
aku pun menunggu waktu yang kau janjikan
hingga lengkaplah sebuah skenario
tentang sandiwara dengan lelakon tunggal
dan kita telah bersama-sama bercerita
tentang indahnya kepalsuan
Langganan:
Postingan (Atom)